Quantcast
Channel: Naqiyyah Syam
Viewing all articles
Browse latest Browse all 915

#SaveSiSulung : Cinta dan Emosi

$
0
0

Assalamualaikum sahabat Smart Mom,

[Parenting] Alhamdulillah hari ini terakhir Faris ujian kenaikan kelas. Penuh lika liku menemani Faris belajar. Ya, walau kelas 4 SD, Faris masih aku temani dalam belajar. Kadang menguras emosi jiwa karena Faris enggak mau belajar, maunya main aja. Di sinilah kadang jadi tantangan tersendiri. Apalagi sekolahnya menerapkan aturan ketat soal menghapal. Aku mau cerita sedikit ya, soal selama Faris belajar menghadapi ujian kenaikan kelas ini.

Faris ujian sejak Kamis, 19 Mei 2016 lalu. Sebelum ujian, aku bertanya, apakah gurunya memberikan kisi-kisi soal? Faris bilang tidak ada. Aku jadi penasaran. Masa sih pihak sekolah tidak memberikan kisi-kisi soal? Inikan ujian kenaikan kelas. Seharusnya ada kisi-kisi soal, ada juga latihan soal. Sedihnya, wali murid tidak diajak rapat pertemuan untuk persiapan anak kenaikan kelas, hiiks...


Esoknya aku menjemput Faris ke sekolah, di sana aku menemui wali kelasnya. Aku bertanya dengan Ustadz B, apakah ada kisi-kisi soal yang harus Faris pelajari? Buku-buku latihan mengapa tidak dibagikan? Apakah ada tugas lainnya? Mengejutkan, ternyata kata Ustadz B, sudah dibagikan kisi-kisi soal, bahkan untuk ujian besok ada tugas A, B, dan C, dan soal buku tugas memang belum dibagikan karena sedang dinilai. Jadi bahan ujian hanya dari buku catatan, buku paket dan juga kisi soal. 

Saat itu, Faris ada di dekatku. Dia bilang, "Iya Ummi, lembaran kisi soal sudah dibagikan, Mamas sudah taruh di box buku pagi tadi." 

Ya Allah, aku malu banget ama Ustadz B sudah berpikir jelek aja kenapa enggak ada kisi-kisi soal. Sepanjang jalan menuju pulang ke rumah, Faris terlihat ceria. Maklum aku sering sibuk dengan adik-adiknya jadi jarang menjemput. Biasanya juga Faris naik mobil jemputan, tapi bulan ini tidak lagi karena kami sudah akan pindah ke Lampung.

Sampai di rumah, segera aku cek box plastik milik Faris menyimpan buku-buku sekolah. Kukeluarkan semua, lembaran kisi-kisi soal itu tidak ada. "Loh, kok enggak ada? Mamas simpan di mana? Katanya ada dalam box?!" kepalaku sudah kayak berasap pengen marah, kok bisa kisi-kisi sepenting itu tidak ada?

Faris cuma diam, dia berkilah tidak tahu. Huh, kesel minta ampun! Akhirnya aku tanya rumah temannya yang terdekat siapa lalu minta izin mau fotocopy saja. Sorenya, aku menemani Faris ke rumah temannya Zayid. Alhamdulillah disambut ibunya dengan ramah, bahkan memfotocopykan lembaran kisi-kisi soal tadi di printernya. Di sini aku makin shock, jadi kisi-kisi soal itu banyak lembaran? Bukan sekedar 1 lembar seperti catata kecil seperti cerita Faris sebelumnya? Aku kian kesel deh! Huh, nak, gimana kok bisa lembaran kertas sekitar 5 halaman bolak-balik itu hilang? 

Aku pun mulai curiga, kertas itu disembunyikan atau sengaja Faris buang. Ini kebiasaan jeleknya, kalau malas disuruh belajar, lembaran soal atau bukunya ia sembunyikan. Bikin aku dan Abinya pusing nyarinya. Ujung-ujungnya waktu habis dan tidak jadi belajar. Bete kan?

Esoknya Faris minta main hp, aku belum langsung izinkan karena Faris harus berjanji mengatur waktu belajar agar tidak hanya main saja. Tak lama Faris sudah bermain asyik dengan Fatih. Saat aku melihat hp sudah di kamar. Tumben, anak-anak langsung main dan hp tergeletak saja? Kucek hp karena ingin memotret sesuatu dan betapa terkejutnya aku melihat galeri foto kosong! Hanya ada 66 foto yang barusan aku potret.  Aku tanya ke Fatih, karena Fatih mungkin saja tidak sengaja menghapus. Fatih bilang hp tadi dipakai Mamas. Aku tanya ke Faris, awalnya tidak mengaku, tapi akhirnya Faris bilang, ia memang sengaja menghapusnya karena kesal dengan Ummi yang suka menuduh, duuuh nak, betapa nyeseknya semua foto dan video sekitar 500 itu hilang terhapus. Aku marah, kesal, kecewa, sedih campur aduk, hingga vertigoku kambuh. 

Apa salahku? Mengapa anakku setega itu?
Kata orang, anak tua yang usianya jauh dengan adik-adiknya akan berbeda prilakunya. Apalagi jika jaraknya lebih dari 5 tahun. Prilakunya bukan lagi sebagai kakak atau adik, melainkan seperti anak tunggal. Jleb! Kadang orang tua, tanpa sadar memaksakan anak tua (si sulung) selalu mengalah kepada adik-adiknya, dengan alasan si sulung sudah besar, harus sabar dan lebih pengertian. Orang tua lupa, si sulung juga masih anak-anak! Tak harus selalu mengalah atau bahkan di salahkan! Jleb banget!

Lama aku terpekur merenungi kejadian ini. Ya Robb, aku salah! Ada yang salah dalam pengasuhanku. Aku memang jarang ngomel, marah atau mukul dnegan anak-anak. Selalu aku hindari itu Tapi, aku lupa.... anakku lagi stres dengan berbagai tekanan, mau pindah rumah, mau pindah sekolah, dikejar hapalan. Bahkan pihak sekolah tidak mengizinkan Faris ujian PAI karena target hapalan belum selesai.

Aku peluk Mas Faris, aku minta maaf, aku berjanji harus lebih baik lagi menjaga perasaannya, makin memberi perhatian dan tidak lagi menyalahkan Mas Faris. Ah, sulitnya memahami si sulung. Bagaimana pengalaman Mom dalam menghadapi si sulung yang sudah mau ABG? Share dong pengalamannya :) 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 915

Latest Images